Selasa, 15 Disember 2009
Wanita Ahli Syurga
seorang wanita shalat lima waktu, puasa bulan ramadhan, menjaga farjinya,
menaati suaminya, maka akan dikatakan kepadanya: 'Masuklah ke dalam surga
dari pintu mana saja yang engkau kehendaki'." ( HR.Ahmad 1664 dengan sanad
hasan. Lihat Adab az-Zafaf oleh Syaikh al-Albani hal.286 )
Rasulullah saw bersabda, " Sebaik-baik wanita adalah yang bisa membuatmu
senang saat engkau pandang, menaatimu saat engkau perintahkan, dan menjaga
dirinya dan hartamu saat engkau tinggal ". ( HR. Thabrani dengan sanad
shahih, lihat Shahid al-Jami' 3299 )
Suatu ketika Rasulullah saw berjalan-jalan bersama Ummul Mu'minin Aisyah.
Lalu Aisyah mengatakan: " Cukuplah bagimu bahwa Shafiyah ( Yakni istri
Rasulullah saw yang lainnya ) itu begini dan begitu ( maksudnya bahwa dia
itu pendek )". Maka Rasulullah saw bersabda: "Engkau barusan mengucapkan
sebuah kalimat, seandainya dicelupkan ke lautan pasti akan berubah warnanya
". ( HR.Abu Dawud 4875, Tirmidzi 2502, Ahmad 6/128. Shahih, lihat al-Misykah
4853 )
Perhatikanlah ucapan ghibah yang tidak seberapa ini yang dikatakan oleh
Aisyah - wanita yang paling dicintai oleh Rasulullah saw - namun beliau
tetap mengatakan sebagaimana hadits di atas. Lalu bagaimana kalau seandainya
yang melakukan hal ini adalah seorang istri untuk membongkar aib suaminya
sendiri.
Kalau seandainya engkau membongkar aib suamimu untuk mencari sebuah solusi
dengan cara menyampaikannya kepada seseorang yang diperkirakan dapat
membantunya menasehati si suami, atau menahan kedzalimannya kalau memang dia
suami yang dzalim, maka itu adalah sesuatu yang sangat baik sebagaimana
pernah dilakukan oleh Hindun binti Utbah, Dari Aisyah bahwasannya Hindun
binti Utbah berkata: " Wahai Rasulullah,sesungguhnya Abu Sufyan adalah
seorang yang sangat kikir, dia tidak memberikan kepadaku nafkah yang cukup
bagiku dan bagi anakku kecuali kalau saya mengambilnya tanpa sepengetahuan
dirinya". Maka Rasulullah saw bersabda: " Ambillah yang cukup untukmu dan
anakmu dengan cara yang baik ". ( HR. Bukhari 5346, Muslim 1714)
Allah SWT menggambarkan bahwa orang yang mengghibah orang lain adalah
seperti memakan mayatnya. Perhatikanlah firman Allah , " Wahai orang-orang
yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian
prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.
Dan janganlah sebagiam diantara kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah
salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentunya kamu merasa jijik dengannya. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. ( QS. Al
Hujarat(49):12 )
Rasulullah saw bersabda: " Hak kalian ( para suami ) atas para istri adalah
tidak mengizinkan masuk rumah kalian orang-orang yang kalian benci ". (
potongan khutbah haji wada' Rasulullah saw yang panjang, HR. Muslim 1218 )
Perhatikanlah riwayat hadits berikut: Dari Asma binti Yazid berkata: Banyak
laki-laki dan wanita yang duduk-duduk bersama Rasulullah saw. Lalu
Rasulullah saw bersabda:" Barangkali ada seorang laki-laki yang menceritakan
sesuatu yang dia lakukan dengan istrinya, begitu juga istri barangkali ada
yang menceritakan apa yang dia lakukan dengan suaminya". Saya berkata: "
Wahai Rasulullah, demi Allah, baik suami maupun istri banyak yang
melakukannya". Maka Rasulullah saw bersabda: " Janganlah kalian lakukan.
Permisalan orang semacam itu adalah seperti setan lelaki yang bertemu dengan
setan wanita di jalan lalu berhubungan badan padahal orang-orang
melihatnya". ( HR.Ahmad 16/223 dengan sanad shahih, lihat Adab az-Zafaf
hal.72 )
Dari Tsauban berkata: Rasulullah saw bersabda: " Wanita manapun yang minta
cerai kepada suaminya tanpa sebab, maka haram baginya mencium bau surga". (
HR. Tirmidzi 1199, Abu Dawud 2209 dengan sanad shahih, lihat al-Irwa' 2035 )
Rasulullah saw juga bersabda: " Wanita yang mengajukan khulu' ( menggugat
cerai ) adalah para wanita munafik ". ( HR. Tirmidzi 1198, lihat
ash-Shahihah 632 )
Dari Anas bin Malik berkata: Para keluarga dari kalangan sahabat Anshar
mempunyai unta untuk mengairi sawah mereka, namun ada seekor unta yang tidak
mau ditunggangi. Lalu mereka datang kepada Rasulullah saw seraya berkata: "
Kami mempunyai unta untuk mengairi sawah namun sekarang tidak mau
ditunggangi padahal tanaman sudah waktunya diairi". Maka Rasulullah saw
bersabda kepada para sahabatnya: " Bangunlah ". Akhirnya merekapun bangun
lalu beliau masuk kebun, dan saat itu unta tersebut sedang berada di pojok
kebun. Lalu Nabi saw pun berjalan mendekatinya. Para sahabat Anshar berkata:
" Wahai Rasulullah, unta itu sekarang sudah mirip dengan anjing gila. Kami
takut anda diserang olehnya". Maka Rasulullah saw bersabda: " Dia tidak akan
membahayakanku". Dan tatkala unta tersebut melihat kedatangan Rasulullah saw
, maka dia pun segera berjalan menuju Rasulullah saw bersujud di hadapan
beliau. Maka Rasulullah saw memegang ubun-ubunya dan unta itupun menjadi
sangat jinak untuk bisa digunakan bekerja. Melihat kejadian itu, para
sahabat berkata: " Wahai Rasulullah, kalau binatang yang tidak berakal saja
bersujud kepadamu, maka kami yang berakal ini lebih pantas untuk bersujud
kepadamu?" Maka Rasulullah saw bersabda: " Tidak layak bagi seseorang
bersujud kepada manusia lainnya. Seandainya ada manusia yang layak untuk
bersujud kepada lainnya, niscaya saya akan memerintahkan wanita bersujud
kepada suaminya karena hak suaminya sangat besar. Demi Dzat yang jiwaku
berada ditangan-Nya, seandainya seluruh badan si suami itu dari ujung rambut
sampai ujung kaki terdapat luka bernanah, lalu si istri itu mendatanginya
dan menjilatinya maka ini belum bisa menunaikan hak suaminya". ( HR. Ahmad
12203 dengan sanad shahih , lihat Shahih al-Jami' 3148 ).
As-Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas Al-Maliki Al-Hasani
As-Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas Al-Maliki Al-Hasani
(Rahmatullahi Alaih)
Oleh muridnya: Fakhruddin Owaisi Al-Madani
Terjemahan : Syed Abdul Kadir Aljoofre
Pendahuluan
As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki adalah salah seorang ulamak Islam yang terutama desawarsa ini tanpa ragu lagi, ulamak yang paling dihormati dan dicintai di kota suci Makkah.
Beliau merupakan keturunan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, penghulu Ahlil Bait, Imam Hadis di zaman kita, pemimpin keempat-empat mazhab, ketua rohani yang paling berkaliber, pendakwah ke jalan Allah, seorang yang tidak goyah dengan pegangannya di dunia ilmiah Islam turath. Menziarahi beliau merupakan suatu kemestian kepada para ulamak yang menziarahi Makkah.
Keluarga
Keturunan Sayyid merupakan keturunan mulia yang bersambung secara langsung dengan Junjungan kita Muhammad Sallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri. Beliau merupakan waris keluarga Al-Maliki Al-Hasani di Makkah yang masyhur yang merupakan keturunan Rasulullah Sallahu ‘Alaihi Wasallam, melalui cucu Baginda, Imam Al-Hasan bin Ali, Radhiyallahu ‘Anhum.
Keluarga Maliki merupakan salah satu keluarga yang paling dihormati di Makkah dan telah melahirkan alim ulamak besar di Makkah, yang telah mengajar di Makkah berkurun lama.
Lima orang dari keturunan Sayyid Muhammad, telah menjadi Imam Mazhab Maliki di Haram Makkah. Datuk beliau, Al-Sayyid Abbas Al-Maliki, merupakan Mufti dan Qadhi Makkah dan khatib di Masjidil Haram. Beliau memegang jawatan ini ketika pemerintahan Uthmaniah serta Hashimiah, dan seterusnya terus memegang jawatan tersebut setelah Kerajaan Saudi diasaskan. Raja Abdul Aziz bin Sa’ud sangat menghormati beliau. Riwayat lanjut beliau boleh dirujuk pada kitab Nur An-Nibras fi Asanid Al-Jadd As-Sayyid Abbas oleh cucunya As-Sayyid Muhammad Al-Maliki.
Bapa beliau pula, As-Sayyid Alawi Al-Maliki merupakan salah seorang ulamak Makkah terunggul di abad yang lalu. Beliau telah mengajar pelbagai ilmu Islam turath di Masjidil Haram selama hampir 40 tahun. Ratusan murid dari seluruh pelusuk dunia telah mengambil faedah daripada beliau melalui kuliah beliau di Masjidil Haram, dan ramai di kalangan mereka telah memegang jawatan penting agama di negara masing-masing.
Malah, Raja Faisal tidak akan membuat apa-apa keputusan berkaitan Makkah melainkan setelah meminta nasihat daripada As-Sayyid Alawi. Beliau telah meninggal dunia pada tahun 1971 dan upacara pengebumiannya merupakan yang terbesar di Makkah sejak seratus tahun. Dalam tempoh 3 hari daripada kematian beliau, Stesyen Radio Saudi tempatan hanya menyiarkan bacaan Al-Quran, sesuatu yang tidak pernah dilakukan melainkan hanya untuk beliau.
Maklumat lanjut tentang As-Sayyid Alawi boleh dirujuk kepada biografinya berjudul Safahat Musyriqah min Hayat Al-Imam As-Sayyid As-Syarif Alawi bin Abbas Al-Maliki oleh anaknya, yang juga merupakan adik kepada As-Sayyid Muhammad, As-Sayyid Abbas Al-Maliki. As-Sayyid Abbas juga seorang ulamak, tetapi lebih dikenali dengan suara merdunya dan pembaca Qasidah yang paling utama di Arab Saudi. Biografi ini mengandungi tulisan berkenaan As-Sayyid Alawi dari ulamak dari seluruh dunia Islam.
Keluarga Maliki juga telah melahirkan ramai lagi ulamak lain, tetapi penulis hanya menyebut bapa dan datuk kepada As-Sayyid Muhammad. Untuk maklumat lanjut, rujuk tulisan-tulisan berkaitan sejarah Makkah dan ulamaknya di abad-abad mutakhir.
Kelahiran dan Pendidikan Awal
As-Sayyid Muhammad Al-Hasani bin Alawi bin Abbas bin Abdul Aziz, dilahirkan pada tahun 1946, di kota suci Makkah, dalam keluarga Al-Maliki Al-Hasani yang terkenal, keluarga Sayyid yang melahirkan ulamak tradisi. Beliau amat beruntung kerana memiliki bapa seperti As-Sayyid Alawi, seorang ulamak paling berilmu di Makkah. Bapa beliau merupakan guru pertama dan utama beliau, mengajar beliau secara peribadi di rumah dan juga di Masjidil Haram, di mana beliau menghafal Al-Quran sejak kecil. Beliau belajar dengan bapa beliau dan diizinkan untuk mengajar setiap kitab yang diajarkan oleh bapa beliau kepada beliau.
Pendidikan Lanjut
Dengan arahan bapanya, beliau juga turut mempelajari dan mendalami pelbagai ilmu turath Islam: Aqidah, Tafsir, Hadith, Feqh, Usul, Mustalah, Nahw dan lain-lain, di tangan ulamak-ulamak besar lain di Makkah serta Madinah. Kesemua mereka telah memberikan ijazah penuh kepada beliau untuk mengajar ilmu-ilmu ini kepada orang lain.
Ketika berumur 15 tahun lagi, As-Sayyid Muhammad telah mengajar kitab-kitab Hadith dan Feqh di Masjidil Haram, kepada pelajar-pelajar lain, dengan arahan guru-gurunya. Setelah mempelajari ilmu turath di tanah kelahirannya Makkah, beliau dihantar oleh bapanya untuk menuntut di Universiti Al-Azhar As-Syarif. Beliau menerima ijazah PhD daripada Al-Azhar ketika berusia 25 tahun, menjadikan beliau warga Arab Saudi yang pertama dan termuda menerima ijazah PhD dari Al-Azhar. Tesis beliau berkenaan Hadith telah diiktiraf cemerlang dan menerima pujian yang tinggi dari alim ulamak unggul di Al-Azhar ketika itu, seperti Imam Abu Zahrah.
Perjalanan Mencari Ilmu
Perjalanan menuntut ilmu merupakan jalan kebanyakan ulamak. As-Sayid Muhammad turut tidak ketinggalan. Beliau bermusafir sejak usia muda untuk menuntut ilmu dari mereka yang memiliki ilmu. Beliau telah bermusafir dengan banyak ke Afrika Utara, Mesir, Syria, Turki, dan rantau Indo-Pak untuk belajar dari alim-ulamak yang hebat, bertemu para Wali Allah, menziarahi masjid-masjid dan maqam-maqam, serta mengumpul manuskrip-manuskrip dan kitab.
Di setiap tempat ini, beliau menemui para ulamak dan auliyak yang agung, dan mengambil faedah daripada mereka. Mereka juga turut tertarik dengan pelajar muda dari Makkah ini dan memberi perhatian istimewa untuk beliau. Kebanyakan mereka telah pun sangat menghormati bapa beliau yang alim, dan merupakan satu kebanggaan memiliki anak beliau sebagai murid.
Ijazah-ijazah
Sistem pengajian tradisi atau turath berasaskan kepada ijazah atau ‘keizinan untuk menyampaikan ilmu’. Bukan semua orang boleh mengajar. Hanya mereka yang memiliki ijazah yang diktiraf dari alim-ulamak yang terkenal sahaja yang boleh mengajar. Setiap cabang pengetahuan dan setiap kitab Hadith, Feqh, Tafsir dan lain-lain, mempunyai Sanad-sanad, atau rantaian riwayat yang bersambung sehingga kepada penyusun kitab tersebut sendiri melalui anak-anak muridnya dan seterusnya anak-anak murid mereka. Banyak sanad-sanad yang penting, seperti sanad Al-Qur’an, Hadith dan Tasawwuf, bersambung sehingga kepada Rasulullah Sallahu Alaihi Wasallam.
Sayyid Muhammad mendapat penghormatan dengan menjadi Shaykh dengan bilangan ijazah terbanyak dalam waktunya. Beliau juga memiliki rantaian sanad terpendek atau terdekat dengan datuknya, Nabi Muhammad Sallahu Alaihi Wasallam.
Di Tanah Arab, tanah kelahirannya, dan dalam permusafiran ilmunya, As-Sayyid Muhammad mendapat lebih dari 200 ijazah dari alim-ulamak teragung di zamannya, di setiap cabang ilmu Islam. Ijazah beliau sendiri, yang beliau berikan kepada murid-muridnya adalah antara yang paling berharga dan jarang di dunia, menghubungkan anak-anak muridnya dengan sejumlah besar para ulamak agung.
Para Masyaikh yang memberikan As-Sayyid Muhammad ijazah-ijazah mereka merupakan ulamak besar dari seluruh dunia Islam. Kita menyebutkan sebahagian mereka:
Dari Makkah:
1) Bapa beliau yang alim dan guru beliau yang pertama, As-Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki
2) Shaykh Muhammad Yahya Aman al-Makki
3) Shaykh al-Sayyid Muhammad al-Arabi al-Tabbani
4) Shaykh Hasan Sa‘id al-Yamani
5) Shaykh Hasan bin Muhammad al-Mashshat
6) Shaykh Muhammad Nur Sayf
7) Shaykh Muhammad Yasin al-Fadani
8) Al-Sayyid Muhammad Amin Kutbi
9) Al-Sayyid Ishaq bin Hashim ‘Azuz
10) Habib Hasan bin Muhammad Fad‘aq
11) Habib Abd-al-Qadir bin ‘Aydarus al-Bar
12) Shaykh Khalil Abd-al-Qadir Taybah
13) Shaykh Abd-Allah al-Lahji
Dari Madinah:
1) Shaykh Hasan al-Sha‘ir, Shaykh al-Qurra of Madinah
2) Shaykh Diya-al-Din Ahmad al-Qadiri
3) As-Sayyid Ahmad Yasin al-Khiyari
4) Shaykh Muhammad al-Mustafa al-Alawi al-Shinqiti
5) Shaykh Ibrahim al-Khatani al-Bukhari
6) Shaykh Abd-al-Ghafur al-Abbasi al-Naqshbandi
Dari Hadramawt dan Yaman:
1) Al-Habib Umar bin Ahmad bin Sumayt, Imam Besar Hadramawt
2) Shaykh As-Sayyid Muhammad Zabarah, Mufti Yaman
3) Shaykh As-Sayyid Ibrahim bin Aqeel al-Ba-Alawi, Mufti Ta‘iz
4) Al-Imam al-Sayyid Ali bin Abd-al-Rahman al-Habshi
5) Al-Habib Alawi ibn Abd-Allah bin Shihab
6) As-Sayyid Hasan bin Abd-al-Bari al-Ahdal
7) Shaykh Fadhl bin Muhammad Ba-Fadhal
8) Al-Habib Abd-Allah bin Alawi al-Attas
9) Al-Habib Muhammad bin Salim bin Hafeez
10) Al-Habib Ahmad Mashhur al-Haddad
11) Al-Habib Abd-al-Qadir al-Saqqaf
Dari Syria:
1) Shaykh Abu-al-Yasar ibn Abidin, Mufti Syria
2) Shaykh As-Sayyid al-Sharif Muhammad al-Makki al-Kattani, Mufti Maliki
3) Shaykh Muhammad As‘ad al-Abaji, Mufti Shafi‘i
4) Shaykh As-Sayyid Muhammad Salih al-Farfur
5) Shaykh Hasan Habannakah al-Maydani
6) Shaykh Abd-al-Aziz ‘Uyun al-Sud al-Himsi
7) Shaykh Muhammad Sa‘id al-Idlabi al-Rifa‘i
Dari Mesir:
1) Shaykh As-Sayyid Muhammad al-Hafiz al-Tijani, Imam Hadith di Mesir
2) Shaykh Hasanayn Muhammad Makhluf, Mufti Mesir
3) Shaykh Salih al-Ja‘fari, Imam Masjid Al-Azhar
4) Shaykh Amin Mahmud Khattab al-Subki
5) Shaykh Muhammad al-‘Aquri
6) Shaykh Hasan al-‘Adawi
7) Shaykh As-Sayyid Muhammad Abu-al-‘Uyun al-Khalwati
8) Shaykh Dr. Abd-al-Halim Mahmud, Syeihkul Azhar
Dari Afrika Utara (Maghribi, Algeria, Libya dan Tunisia):
1) Shaykh As-Sayyid As-Sharif Abd-al-Kabir al-Saqali al-Mahi
2) Shaykh As-Sayyid Abd-Allah bin Al-Siddiq Al-Ghimari, Imam Hadith
3) Shaykh As-Sayyid Abd-al-Aziz bin Al-Siddiq al-Ghimari
4) As-Sharif Idris al-Sanusi, Raja Libya
5) Shaykh Muhammad At-Tahir ibn ‘Ashur, Imam Zaytunah, Tunis
6) Shaykh al-Tayyib Al-Muhaji al-Jaza’iri
7) Shaykh Al-Faruqi Al-Rahhali Al-Marrakashi
8) Shaykh As-Sayyid As-Sharif Muhammad al-Muntasir al-Kattani
Dari Sudan:
1) Shaykh Yusuf Hamad An-Nil
2) Shaykh Muddassir Ibrahim
3) Shaykh Ibrahim Abu-an-Nur
4) Shaykh At-Tayyib Abu-Qinayah
Dari Rantau Indo-Pak:
1) Shaykh Abu-al-Wafa al-Afghani Al-Hanafi
2) Shaykh Abd-al-Mu‘id Khan Hyderabadi
3) Al-Imam Al’Arif Billah Mustafa Rida Khan al-Barelawi, Mufti India
4) Mufti Muhammad Shafi’ Al-Deobandi, Mufti Pakistan
5) Mawlana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi, Imam Hadith
6) Mawlana Zafar Ahmad Thanawi
7) Shaykh Al-Muhaddith Habib-al-Rahman Al-‘Azami
8) Sayyid Abu-al-Hasan Ali An-Nadawi
Senarai ini hanya merupakan ulamak masyhur yang Syaikh kita telah mendapat ijazah darinya, dan di sana terdapat ramai lagi yang tidak disebutkan. Pada As-sayyid Muhammad Alawi, seseorang akan mendapati nilai terbaik dari para Masyaikh ini dalam pelabagai latarbelakang dan pengkhususan.
Karier Mengajar
Kalimah karier sebenarnya mungkin tidak sesuai untuk digunakan untuk menggambarkan aktiviti mengajar As-Sayyid Muhammad, kerana kalimah ini amat hampir kaitannya dengan keuntungan material. Sementara beliau, seperti mana Masyaikh tradisi yang lain, juga seperti keturunannya sebelum beliau, mengajar hanya kerana Allah dan tidak mengharapkan keuntungan material langsung.
Malahan, beliau menempatkan sejumlah besar pelajar di rumahnya sendiri, menyediakan untuk mereka makan minum, penginapan, pakaian, kitab-kitab serta segala keperluan mereka. Sebagai balasan, mereka hanya diminta mengikuti peraturan dan etika penuntut ilmu agama yang suci. Pelajar-pelajar ini biasanya menetap bersama beliau bertahun-tahun lamanya, mempelajari pelbagai cabang ilmu Islam, dan seterusnya kembali ke negeri masing-masing. Ratusan dari para pelajar telah menuntut di kaki beliau dan telah menjadi pelopor pengetahuan Islam dan kerohanian di negara mereka, terutamanya di Indonesia, Malaysia, Mesir, Yaman dan Dubai.
Bagaimanapun apabila pulang dari Al-Azhar, beliau dilantik sebagai Profesor Pengajian Islam di Universiti Ummul Qura di Makkah, yang mana beliau telah mengajar sejak tahun 1970.
Pada tahun 1971, sebaik bapanya meninggal dunia, para ulamak Makkah meminta beliau untuk menggantikan tempat bapanya sebagai guru di Masjidil Haram. Beliau menerimanya, lantas menduduki kedudukan yang telah diduduki oleh keluarganya lebih dari seabad. Beliau juga kadang kala mengajar di Masjid Nabi di Madinah. Kuliah pengajian beliau merupakan kuliah yang paling ramai dihadiri di kedua-dua Tanah Haram.
Bagaimanapun pada awal tahun 80-an, beliau telah mengosongkan kedudukan mengajarnya di Universiti Ummul Qura juga kerusi warisannya di Masjidil Haram, memandangkan fatwa dari sebahgian ulamak fanatik fahaman Wahhabi, yang menganggap kewujudannya sebagai ancaman kepada ideologi dan kekuasaan mereka.
Sejak itu, beliau mengajar kitab-kitab agung Hadith, Fiqh, Tafsir dan Tasawwuf di rumah dan masjidnya di Jalan Al-Maliki di Daerah Rusayfah, Makkah. Kuliah-kuliah umumnya antara waktu Maghrib dan Isyak dihadiri tidak kurang daripada 500 orang setiap hari. Ramai pelajarnya daripada Universiti menghadiri pengajiannya di waktu malam. Sehingga malam sebelum beliau meninggal dunia, majlisnya dipenuhi penuntut.
Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki amat dihormati oleh Kerajaan Arab Saudi dan selalu diminta nasihat dari Raja sendiri dalam urusan-urusan yang penting. Beliau juga dilantik sebagai ketua juri dalam Musabaqah Qur’an antarabangsa di Makkah selama tiga tahun berturut-turut.
Tulisan Beliau
Sayyid Muhammad merupakan seorang penulis prolifik dan telah menghasilkan hampir seratus buah kitab. Beliau telah menulis dalam pelbagai topik agama, undang-undang, social serta sejarah, dan kebanyakan bukunya dianggap sebagai rujukan utama dan perintis kepada topik yang dibicarakan dan dicadangkan sebagai buku teks di Institusi-institusi Islam di seluruh dunia.
Kita sebutkan sebahagian hasilnya dalam pelbagai bidang:
Aqidah:
1) Mafahim Yajib an Tusahhah
2) Manhaj As-salaf fi Fahm An-Nusus
3) At-Tahzir min al-Mujazafah bit-Takfir
4) Huwa Allah
5) Qul Hazihi Sabeeli
6) Sharh ‘Aqidat al-‘Awam
Tafsir:
1) Zubdat al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an
2) Wa Huwa bi al-Ufuq al-‘A’la
3) Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi ‘Ulum al-Quran
4) Hawl Khasa’is al-Quran
Hadith:
1) Al-Manhal al-Latif fi Usul al-Hadith al-Sharif
2) Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi ‘Ilm Mustalah al-Hadith
3) Fadl al-Muwatta wa Inayat al-Ummah al-Islamiyyah bihi
4) Anwar al-Masalik fi al-Muqaranah bayn Riwayat al-Muwatta lil-Imam Malik
Sirah:
1) Muhammad (Sallallahu Alaihi Wasallam) al-Insan al-Kamil
2) Tarikh al-Hawadith wa al-Ahwal al-Nabawiyyah
3) ‘Urf al-Ta’rif bi al-Mawlid al-Sharif
4) Al-Anwar al-Bahiyyah fi Isra wa M’iraj Khayr al-Bariyyah
5) Al-Zakha’ir al-Muhammadiyyah
6) Zikriyat wa Munasabat
7) Al-Bushra fi Manaqib al-Sayyidah Khadijah al-Kubra
Usul:
1) Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi Usul al-Fiqh
2) Sharh Manzumat al-Waraqat fi Usul al-Fiqh
3) Mafhum at-Tatawwur wa altTajdid fi al-Shari‘ah al-Islamiyyah
Fiqh:
1) Al-Risalah al-Islamiyyah Kamaluha wa Khuluduha wa ‘Alamiyyatuha
2) Labbayk Allahumma Labbayk
3) Al-Ziyarah al-Nabawiyyah bayn as-Shar‘iyyah wa al-Bid‘iyyah
4) Shifa’ al-Fu’ad bi Ziyarat Khayr al-‘Ibad
5) Hawl al-Ihtifal bi Zikra al-Mawlid al-Nabawi al-Sharif
6) Al-Madh al-Nabawi bayn al-Ghuluww wa al-Insaf
Tasawwuf:
1) Shawariq al-Anwar min Ad‘iyat al-Sadah al-Akhyar
2) Abwab al-Faraj
3) Al-Mukhtar min Kalam al-Akhyar
4) Al-Husun al-Mani‘ah
5) Mukhtasar Shawariq al-Anwar
Lain-lain:
1) Fi Rihab al-Bayt al-Haram (Sejarah Makkah)
2) Al-Mustashriqun Bayn al-Insaf wa al-‘Asabiyyah (Kajian Berkaitan Orientalis)
3) Silatu Riyadhah Biddin (Hubungan Sukan dengan Agama)
4) Al-Qudwah al-Hasanah fi Manhaj al-Da‘wah ila Allah (Teknik Dawah)
5) Ma La ‘Aynun Ra’at (Butiran Syurga)
6) Nizam al-Usrah fi al-Islam (Peraturan Keluarga Islam)
7) Al-Muslimun Bayn al-Waqi‘ wa al-Tajribah (Muslimun, Antara Realiti dan Pengalaman)
8) Kashf al-Ghummah (Ganjaran Membantu Muslimin)
9) Ad-Dawah al-Islahiyyah (Dakwah Pembaharuan)
10) Fi Sabil al-Huda wa al-Rashad (Koleksi Ucapan)
11) Sharaf al-Ummah al-Islamiyyah (Kemulian Ummah Islamiyyah)
12) Usul at-Tarbiyah al-Nabawiyyah (Metodologi Pendidikan Nabawi)
13) Nur an-Nibras fi Asanid al-Jadd as-Sayyid Abbas (Kumpulan Ijazah Datuk beliau, As-Sayyid Abbas)
14) Al-‘Uqud al-Lu’luiyyah fi al-Asanid al-Alawiyyah (Kumpulan Ijazah Bapa beliau, As-Sayyid Alawi)
15) Al-Tali‘ al-Sa‘id al-Muntakhab min al-Musalsalat wa al-Asanid (Kumpulan Ijazah)
16) Al-‘Iqd al-Farid al-Mukhtasar min al-Athbah wa al-Asanid (Kumpulan Ijazah)
Senarai di atas merupakan antara kitab As-Sayyid Muhammad yang telah dihasilkan dan diterbitkan. Terdapat banyak lagi kitab yang tidak disebutkan dan juga yang belum dicetak.
Kita juga tidak menyebutkan banyak penghasilan turath yang telah dikaji, dan diterbitkan buat pertama kali, dengan nota kaki dan komentar dari As-Sayyid Muhammad. Secara keseluruhannya, sumbangan As-Sayyid Muhammad amat agung.
Banyak hasil kerja As-Sayyid Muhammad telah diterjemahkan ke pelbagai bahasa.
Aktiviti lain
As-Sayyid Muhammad merupakan seorang pembimbing kepada ajaran dan kerohanian Islam yang sebenar dan telah bermusafir ke serata Asia, Afrika, Eropah dan Amerika, menyeru manusia ke arah kalimah Allah dan Rasul terakhir-Nya Muhammad Sallahu Alaihi Wassalam.
Di Asia Tenggara khasnya, As-Sayyid Muhammad secara peribadi telah mengasaskan dan membiayai lebih 70 buah Sekolah Islam untuk melawan aktiviti dakyah Kristian. Sejumlah besar penganut Kristian dan Budha telah memeluk Islam di tangannya hanya setelah melihat Nur Muhammad yang bersinar di wajahnya.
Ke mana sahaja beliau pergi, para pemimpin, ulamak dan masyarakat di tempat tersebut akan menyambutnya dengan penuh meriah. Beliau seringkali memberi ceramah kepada ratusan ribu manusia.
Beliau amat disayangi dan dicintai oleh Muslimin di seluruh dunia, bukan sahaja kerana beliau keturunan Rasulullah, tetapi juga kerana ilmunya yang luas, hikmahnya, akhlak serta watak rohaninya. Beliau juga amat terkenal amat pemurah dengan ilmu, kekayaan dan masanya.
Pendekatan
As-Sayyid Muhammad mengikuti dan menyelusuri tradisi arus utama dan majoriti Islam, jalan Ahlu Sunnah Waljamaah, jalan toleransi dan sederhana, pengetahuan dan kerohanian, serta kesatuan dalam kepelbagaian.
Beliau percaya kepada prinsip berpegang dengan empat mazhab yang masyhur, tetapi tanpa fanatik. Beliau mengajar rasa hormat kepada ulamak dan Awliyak agung yang lepas.
Beliau menentang sikap sewenang-wenangnya mengatakan Muslim lain sebagai Kafir dan Musyrik, yang telah menjadi tanda dan sifat utama sebahagian fahaman hari ini.
Beliau amat menentang dan kritis terhadap mereka yang digelar reformis (Islah) abad ke-20 yang dengan mudah ingin menghapuskan Islam generasi terdahulu menggunakan nama Islam yang suci.
Beliau juga memahami bahawa mencela kesemua Ash’ari, atau kesemua Hanafi, Syafi’e dan Maliki, kesemua sufi, seperti mana yang dilakukan oleh sebahagian fahaman hari ini adalah sama dengan mencela keseluruhan Ummah Islam ribuan tahun yang lampau. Ia hanya merupakan sifat dan pendekatan musuh Islam, dan bukannya rakan.
Sayyid Muhammad juga amat mempercayai bahawa ulamak – ulamak Mazhab yang agung - mengikuti Sunni-Sufi - sejak beratus tahun yang lalu, adalah penghubung kita kepada Al-Quran dan Assunnah, dan bukanlah penghalang antara keduanya dengan kita, seperti yang dipercayai sesetengah pihak.
Kefahaman yang benar berkenaan Al-Quran dan Sunnah ialah kefahaman yang berasaskan tafsiran para ulamak agung Islam, dan bukan dengan sangkaan para ekstrimis zaman moden ini yang tidak berfikir dua kali sebelum mencela majoriti Muslim di seluruh dunia. Sayyid Muhammad juga berpendapat majoriti ummah ini adalah baik. Kumpulan-kumpulan minoriti yang fanatiklah yang perlu mengkaji semula fahaman ekstrim mereka.
Sayyid Muhammad merupakan pendukung sebenar Sufi yang berasaskan Syariah, Sufi para Awliya’ agung dan solehin ummah ini. Beliau sendiri merupakan mahaguru kerohanian di tingkat yang tertinggi, berhubungan dengan kebanyakan peraturan kerohanian Islam, melalui para Masyaikh Tariqah yang agung.
Beliau turut mempercayai bahawa membaca Zikir, samaada secara bersendirian atau berkumpulan, adalah bahagian penting dalam kerohanian seseorang. Semua pelajarnya dimestikan bertahajjud dan membaca wirid pagi dan petang.
Sayyid Muhammad juga beranggapan, ummat Islam perlu menggunakan segala hasil yang ada untuk meningkatkan taraf ummah mereka dari sudut kerohanian, masyarakat dan juga material, dan tidak membuang masa yang berharga dengan berbalah pada perkara-perkara kecil. Beliau percaya Muslim tidak seharusnya mencela satu sama lain dalam perkara yang telah diselisihkan oleh para ulamak. Mereka sebaliknya perlu berganding bahu bersama untuk memerangi apa yang telah disepekati sebagai kejahatan dan dosa.
Pandangan dan pendirian Sayyid Muhammad ini digambarkan dalam tulisannya yang terkenal, Mafahim Yajib An Tusahhah (Kefahaman Yang Perlu Diperbetulkan), sebuah buku yang mendapat penghargaan meluas di seluruh dunia Islam dan diiktiraf tinggi di lingkaran para ulamak.
Penutup
Tidak diragui lagi, kehadiran Sayyid Muhammad Alawi merupakan rahmat buat ummah ini. Beliau merupakan waris kepada kekasih kita Nabi Muhammad Sallahu Alaihi Wasallam dari sudut darah daging serta kerohanian. Masyarakat Makkah dan Madinah teramat mencintai beliau seperti mana dilihat pada solat jenazah beliau.
Siapa sahaja yang pernah menemui beliau jatuh cinta dengan beliau. Rumahnya di kota suci Makkah sentiasa terbuka sepanjang tahun untuk ulamak dan para penuntut yang menziarahi, ribuan orang yang menuju kepadanya. Beliau juga tidak kenal erti takut dalam berkata yang benar dan telah mengalami detik-detik kepayahan kerana kebenaran. Walaubagaimanapun pertolongan Allah kelihatan sentiasa bersama dengannya. RadhiyAllahu Anhu WaArdhaah. Ameen.
Maklumat lanjut kehidupan dan pencapaiannya boleh dirujuk biografinya yang hebat bertajuk, Al-Maliki ‘Alim Hijjaz, karangan penulis dan sejarahwan terkenal Makkah, Dr Zuhayr Kutbi.
Pemergiannya
Beliau telah meninggalkan kita pada hari Jumaat, 15 Ramadhan (bersesuaian dengan doanya untuk meninggal dunia pada bulan Ramadhan), dalam keadaan berpuasa di rumahnya di Makkah. Kematiannya amat mengejutkan.
Benar.. Ia adalah satu kehilangan yang besar.. Ucapan takziah diucapkan dari seluruh dunia Islam. Solat janazah beliau dilakukan di seluruh pelusuk dunia.
Beliau telah pergi pada bulan Ramadhan dan pada hari Jumaat.
Saya adalah antara yang menunaikan solat jenazah (pertama di rumah beliau diimamkan oleh adiknya As-Sayyid Abbas, dan seterusnya di Masjidil Haram dengan Imam Subayl)… Ratusan ribu manusia membanjiri upacara pengebumiannya. Semua orang menangis dan sangat bersedih… Ia merupakan satu situasi yang tidak dapat dilupakan… Allahu Akbar…
Betapa hebatnya beliau… betapa besarnya kehilangan ini… Betapa ramainya yang menyembahyangkannya… Saya tahu mata saya tidak pernah menyaksikan seorang spertinya… Seorang yang amat dicintai oleh masyarakat seperti beliau… seorang ulamak yang berkaliber dan berpengetahuan serta berhikmah…
Terdapat sekurang-kurangnya 500 orang tentera diperintah oleh kerajaan Arab Saudi di perkuburan Ma’ala untuk mengawal ribuan orang yang menangisinya. Kerabat diraja juga turut hadir. Para manusia menempikkan Kalimah dengan kuat sepanjang uapcara pengebumian beliau, memenuhi Makkah dari Masjidil Haram sehingga ke tanah perkuburan.
Beliau disemadikan di sebelah bapanya, berhampiran maqam nendanya Sayyidah Khadijah. Sebelum beliau meninggal dunia, beliau ada menghubungi seorang pelajar lamanya di Indonesia melalui telefon dan bertanyanya adakah dia akan datang ke Makkah pada bulan Ramadhan. Apabila dia menjawab tidak, Sayyid Muhammad bertanya pula, "tidakkah engkau mahu menghadiri penegebumianku?"
Tepat sekali, beliau pergi pada bulan Ramadhan di pagi Jumaat… apakah lagi bukti yang diperlukan menunjukkan penerimaan Allah?! Makkah menangisi pemergiannya… Seluruh dunia Islam menangisi kehilangannya. Moga Allah menganugerahkan beliau tempat yang tertinggi di Jannah, bersama-sama kekasihnya dan datuknya Rasulullah Sallahu Alaihi Wasallam. Ameen.
Selesai diterjemah pada :
1.20 Petang, 26 Ramadhan 1425H di Haiyyu Sabiek, Kaherah.
Wallahu A’lam. Wassollahu Ala Saiyidina Rasulillah WaAla Alihi Wasohbihi Waman Walah, Walhamdulillahi Rabbil ‘Alamin.
Disalintampal dari sini: - http://yayasansofa.com/y/index.php?yayasan-sofa-ns,27
Siapa Ulama' SUFI
Ahli sufi dan ulamak sufi adalah dua manusia yang berlainan.
Ahli sufi ialah seorang yang beramal dengan amalan tasawwuf dan istiqamah dengan jalan tasawwuf manakala ulamak sufi ialah yang banyak ilmunya tentang tasawwuf sehingga boleh menghuraikan maksud2 tasawwuf seperti mengarang kitab2 tasawwuf yang terkenal dan menjadi rujukan dalam masalah2 tasawwuf.
Diantara ahli sufi yang terkenal seperti Siirri as-Saqhoti, Ibrahim Adham, Daud A-Tho_i, Junaid Al-Baghdadi dan Basyar Al-Haafi.
Memang ada amalan2 khurafat yang diamalkan orang yang didakwa sebagai alaman sufi tetapi sebenarnya bukan amalan sufi. Amalan ini tidak salah kalau kita bida'ahkan dia. Tetapi membid'ahkan semua jalan2 sufi termasuk jalan2 yag benar adalah tidak benar dan mengakibatkan orang akan mencemuh jalan yang benar ini.
Tidak mesti amalan sufi yang tidak ada nas menyuruh boleh disesatkan melainkan amalan yang ada nas pula melarang berbuat.
Tiap amalan baik yang tidak ada sandaran hadith dan tidak ada pula bertentangan dengan syariat maka tidak boleh dikatakan bid'ah dholalah. Sama seperti amalan2 didalam fiqh dan lain2.
wallahua'lam
Sesal Yang Terlewat
Suatu hari seorang alim yang sangat takwa kepada Tuhan bermaksud untuk pergi ke Tanah Suci mengerjakan ibadah haji. Waktu dia meminta izin kepada ibunya, ternyata perempuan tua itu sangat keberatan. Menurut ibunya, tunda dahulu keberangkatanmu sampai tahun depan. Ia merasa bimbang terhadap keselamatan anaknya, kerana orang alim itu adalah satu-satunya anak yang hidup dari hasil perkahwinan dengan almarhum suaminya.
Rupanya orang alim yang soleh itu sudah tidak dapat menahan keinginannya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima. Maka, walaupun tidak mendapat restu dari ibunya, dia berkemas-kemas lalu berangkat menuju ke Tanah Haram. Jelas keputusannya ini bertentangan dengan ajaran Nabi. Kerana redha Allah bergantung kepada redha orang tua, begitu pula murka Allah terletak dalam murka orang tua.
Ketika menyaksikan anaknya yang pergi juga, ibu yang sudah tua itu tergopoh-gapah mengejar anaknya. Akan tetapi anaknya itu sudah telalu jauh. Dia tidak mendengar suara ibunya yang memanggil-manggil sambil berlari-lari itu. Dalam marahnya ibu yang sangat cinta kepada anaknya tersebut menadahkan kedua tangannya lalu berdoa: “Ya Allah, anakku satu-satunya telah membakar diriku dengan panasnya api perpisahan. Kumohon pada-Mu, balaslah dia dengan seksaan yang setimpal. Sebagai ibunya, aku merasa sakit hati, ya Allah.”
Doa ini jelas tidak pada tempatnya bagi seorang ibu yang seharusnya bijaksana. Sebab di antara doa-doa yang dikabulkan adalah doa seorang ibu terhadap anaknya. Bumi seolah-olah bergoyang mendengar doa ini. Namun orang alim tadi terus juga berjalan. Pada sebuah kota kecil sebelum sampai tempat tujuannya, orang alim itu berhenti melepaskan lelah. Menjelang Maghrib dia berangkat ke masjid dan solat sampai Isyak. Sesudah itu ia terus mengerjakan solat-solat sunat dan wirid hingga jauh malam.
Secara kebetulan di sudut kota yang lain, pada malam itu terjadi peristiwa yang menggemparkan. Ada seorang pencuri yang masuk ke dalam rumah salah seorang penduduk. Orang yang punya rumah terjaga dan bersuara. Tiba-tiba pencuri itu terjatuh kerana terlanggar suatu benda di kakinya. Ketika terdengar bunyi sesuatu yang jatuh itu, maka orang yang punya rumah pun memekik-mekik sambil berkata: “pencuri! pencuri.”
Seisi kampung terbangun semuanya. Dengan ketakutan pencuri itu lari sekuat tenaga. Orang-orang kampung terus mengejarnya. Pencuri itu lari ke arah masjid dan masuk ke halaman masjid tersebut. Orang-orang pun mengejar ke sana. Ternyata pencuri itu tidak ditemukan di dalam rumah Allah itu.
Salah seorang di antara mereka memberitahu kepada pemimpinnya: “Kita sudah mencari di sekeliling masjid, namun tidak ada bekas-bekasnya sedikitpun.”
Yang lainnya pula berkata: “Tidak mungkin dia ditelan bumi, aku yakin dia belum lari dari sini. Kalau di luar masjid tidak ada, mari kita cari ke dalam masjid. Berkemungkinan dia bersembunyi di situ.”
Maka orang-orang pun masuk ke dalam masjid. Ternyata betul, di dekat mimbar ada seorang asing sedang duduk membaca tasbih. Tanpa bertanya-tanya lagi orang itu ditarik keluar. Tiba di halaman masjid, orang tadi sudah terkulai dan pengsan kerana dipukul beramai-ramai.
Penguasa hukum di kota tersebut malam itu juga memutuskan suatu hukuman yang berat kepadanya atas desakan masyarakat yang marah. Maka orang tersebut diikat pada tiang dan dicambuk badannya.
Keputusan dari hakim ini jelas menyalahi ajaran Nabi, bahawa seorang hakim seharusnya menyelidiki hingga hujung suatu perkara, dan tidak boleh menjatuhkan keputusan berdasarkan hawa nafsu. Begitu juga walaupun lelaki itu dituduh menodai kesucian masjid kerana bersembunyi di dalamnya, dengan berpura-pura bersembahyang dan membaca wirid, padahal dia adalah pencuri.
Pagi-pagi lagi seluruh penduduk kota itu sudah berkumpul di pasar menyaksikan jalannya hukumam qisas itu. Selain algojo melaksanakan tugasnya, orang-orang pun bersorak-sorak melihat si alim dicambuk hingga pengsan. Mereka tidak lagi mematuhi ajaran Islam untuk berbuat adil terhadap siapa saja, termasuk kepada pencuri yang jahat sekalipun. Darah memercik ke sana ke mari, orang-orang kelihatan semakin puas.
Semakin siang semakin ramai orang yang berkumpul menonton dan meludahi pencuri yang terkutuk itu. Dalam kesakitannya, orang alim yang dihukum sebagai pencuri itu mendengar salah seorang penduduk yang berkata: “Inilah hukuman yang setimpal bagi pencuri yang bersembunyi di dalam masjid!” Sambil meludah muka orang alim tersebut.
Orang yang dihukum yang dianggap pencuri ini dengan suara yang tersendat-sendat membuka mulutnya berkata: “Tolong jangan katakan demikian. Lebih baik beritahukanlah kepada orang ramai bahawa saya ini adalah hamba Allah yang ingin mengerjakan ibadah haji, tapi tidak mendapat restu dari orang tua.”
Mendengar ucapan ini, orang yang mendengar jadi terkejut dan menanyakan siapakah dia sebenarnya. Orang alim tadi membuka rahsianya, dan masyarakat jadi serba salah. Akhirnya mereka terpaksa memberitahukan hal itu kepada hakim.
Setelah hakim itu datang dan tahu duduk perkara yang sebenarnya, maka semua mereka menyesal. Mereka kenal nama orang alim itu, iaitu orang yang soleh dan ahli ibadah. Cuma belum pernah tahu rupanya. Ibu-ibu yang hadir serta orang tua lainnya ramai yang merasa sedih tidak dapat menahan diri, tapi sudah tidak ada gunanya.
Malamnya, atas permintaan orang alim itu setelah dibebaskan dari seksaannya, dihantarkan ke rumah ibunya. Pada waktu orang alim tersebut akan dihantar, ibunya telah berdoa: “Ya Allah, jika anakku itu telah mendapatkan balasannya, maka kembalikanlah dia kepadaku agar aku dapat melihatnya.”
Begitu selesai doa si ibu, orang yang membawa anaknya pun sampai. Orang alim itu minta didudukkan di depan pintu rumah ibunya, dan mempersilakan orang yang mengantarnya itu pergi. Sesudah keadaan sunyi kembali, tidak ada orang lain, maka orang alim itupun berseru dengan suara yang pilu: “Asalamualaikum.”
Maka terdengarlah suara oang tua yang menjawab salamnya dari dalam. Bergetar hati si alim mendangar suara itu:
“Saya adalah musafir yang terlantar. Tolonglah beri saya roti dan air sejuk,” kata orang alim itu menyamar diri.
“Mendekatlah engkau ke pintu. Hulurkan tanganmu melalui celah pintu,” jawab suara tadi dari dalam.
“Maaf, saya tidak boleh mendekati pintu kerana kedua kaki saya sangat kaku. Saya juga tidak dapat menghulurkan tangan melalui celah pintu, kerana tangan saya terasa letih.”
“Jadi bagaimana caranya?” Si ibu mengeluh kehilangan akal. “Antara kita ada pemisah yang tidak boleh dilanggar. Engkau lelaki yang tidak saya kenal, dan saya, walaupun sudah tua, adalah seorang perempuan.”
“Jangan bimbang wahai puan,” kata orang alim tersebut. “Saya tidak akan membuka mata kerana kedua mata saya sangat pedih, jadi saya tidak akan melihat ke arah puan.”
Mendengar jawapan itu, tidak beberapa lama kemudian perempuan itu pun keluar membawa sepotong roti dan segelas air sejuk. Orang alim itu begitu saja merasakan kehadiran ibunya, sudah tidak mampu lagi menahan diri. Ia memeluk kaki ibunya dan menjerit sambil menangis: “Ibu, saya adalah anak ibu yang derhaka.” Ibunya pun merasa sedih. Dipandangnya orang cacat di mukanya itu lalu ia menjerit ternyata adalah anaknya. Mereka berdua saling berpelukan dalam tangisan.
Ketika itu juga perempuan tersebut menadahkan tangannya memohon ampun kepada Allah: “Ya Allah, kerana telah jadi begini sungguh saya menyesal atas kemarahan saya kepada anak sendiri, saya bertaubat untuk tidak mengulangi lagi perkara ini, ampunilah saya ya Allah, serta ampunilah dosa orang-orang yang menyeksanya kerana kami semua telah disesatkan oleh godaan iblis dengan nafsu marah.”
wallahua'lam